ilustrasi kesehatan mental
Oleh: Siti Wahyuni Siregar, S.Sos.I., M.Pd.I
Dosen Tetap pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan
Seiring dengan kesibukan dan tekanan hidup yang semakin meningkat, menjaga kesehatan mental menjadi suatu kebutuhan yang semakin mendesak. Kesehatan mental yang baik tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan pribadi tetapi juga berdampak pada hubungan sosial, produktivitas, dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata mental diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau jiwa yang dinamis bukan statis karena menunjukkan adanya usaha peningkatan. Sementara dalam perspektif Islam, kesehatan mental dimaknai sebagai kemampuan diri individu dalam mengelola terwujudnya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya secara dinamis berdasarkan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Sayangnya, masih banyak orang yang mengabaikan kondisi kesehatan mental mereka, padahal gangguan kesehatan mental bisa berdampak besar pada kualitas hidup.
Dengan mengenali tanda-tanda kesehatan mental kita dapat mengantisipasi terjadinya gangguan mental dan penyakit jiwa. Berikut manfaat yang kita dapatkan saat menjaga kesehatan mental:
- Individu mampu menyadari potensinya sendiri
- Mampu mengatasi tekanan hidup
- Mampu bekerja secara produktif
- Mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun kesehatan mental, yaitu:
1. Mengendalikan Nafsu
Nafs al-Amarah disebutkan dalam QS. Yusuf ayat 53, sebagai berikut:
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Nafs al-Lawwamah, merupakan nafsu yang telah memperoleh penyinaran dengan cahaya hati. Ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan. Ia mencela perbuatan tercela dan bertaubat memohon ampunan Allah. Hal ini dapat kita lihat dalam QS. Al-Qiyamah ayat 2, yaitu:
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
…dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)
Nafs Muthmainnah, merupakan jiwa yang tenang karena ia mantap dan kuat. Nafsu yang telah diberikan penyinaran nur qalbu sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat mazmumah dan menumbuhkan akhlakul mahmudah.
Hal ini disebutkan dalam QS. al-Fajr ayat 27-30, yaitu:
يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ
Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.
2. Pembinaan Jiwa dan Pendidikan Akhlak berdasar Al-Qur’an dan Hadis
Cara ini sebagai langkah membentuk manusia yang berakhlak baik dan bertakwa kepada Allah. Allah menurunkan Al-Qur’an dan mengutus Nabi Muhammad Saw agar umat manusia memiliki akhlak mulia dan tercegah dari akhlak yang buruk. Islam berfungsi sebagai pola pembentukan manusia yang berakhlak mulia dengan penuh keimanan kepada Allah.
3. Memahami dan mengamalkan isi Al-Qur’an
Orang yang mempelajari, mengajarkan, dan mengamalkan Al-Qur’an termasuk insan yang terbaik.
– Mendapatkan syafaat dari Al-Qur’an pada hari kiamat
– Dekat dengan Al-Qur’an mendapatkan derajat yang tinggi di surga
– Membaca Al-Qur’an mendapatkan pahala
– Mendapatkan ketenangan dan rahmat ketika berkumpul membaca Al-Qur’an
4. Pendidikan dan pengajaran sesuai tingkatannya
Luqman al Hakim mendidik anaknya melalui proses atau tahapan yang memiliki fokus pada masing-masing tingkatan. Misalnya ketika Luqman mendidik anak memulai dengan pendidikan tauhid, pendidikan akhlak, pendidikan ibadah, dan pendidikan sosial.
Memiliki Mental yang sehat memungkinkan seseorang untuk menikmati hidup dengan tenang dan menghargai orang lain. Nah, untuk mewujudkan hal tersebut, sangat diperlukan mengenali apa saja ciri-ciri mental yang sehat. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri mental yang sehat yang perlu diketahui di antaranya yaitu: 1) Mensyukuri segala hal, 2) Selalu optimis dan percaya diri, 3) Menikmati hal-hal sederhana, 4) Tidak menyalahkan diri sendiri, 5) Mampu merencanakan dan berusaha mencapai goals yang diinginkan, 6) Senang membantu orang, 7) Peduli dengan diri sendiri, 8) Tidak iri akan pencapaian orang lain, 9) Menjalani pola hidup sehat.
0 Komentar
Silakan tinggalkan komentar Anda