Ticker

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

.

Menyembunyikan Perasaan Negatif akan Mempengaruhi Perasaan yang Positif

Gambar ilustrasi: Dua potret yang memperlihatkan kondisi perempuan, berbahagia dan kesibukan rutinitas.

Penulis: 
 
Siti Wahyuni Siregar, S.Sos.I., M.Pd.I
Dosen pada Bimbingan Konseling Islam FDIK UIN Syekh Ali Hasan Ahmad Addary Padangsidimpuan
 

Ketika gelombang kejiwaan seorang perempuan sedang turun sebenarnya pada waktu itu perempuan dapat menerima penjernihan perasaaan yang ada padanya. Apabila perempuan tidak berusaha melakukan penjernihan atau penyucian dalam hatinya maka secara bertahap dia akan kehilangan kemampuan untuk memberikan atau menerima cinta dari laki-laki. Sebagai akibatnya, perempuan akan menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya, maka kebiasaan turun naiknya kejiwaan tersebut akan terpengaruh atau terhalangi. Ketika itu secara bertahap dan dalam jangka beberapa saat perasaaan perempuan akan menjadi dingin dan sirna.

Setiap perempuan tanpa terkecuali membutuhkan waktu untuk menurunkan kondisi kejiwaannya. Sebagai ibu rumah tangga, seorang perempuan membutuhkan hal tersebut, apalagi para perempuan yang sukses dalam karirnya. Misalnya menjadi seorang pimpinan perusahaan besar dan memiliki bawahan berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus orang. Atau, perempuan yang menjadi seorang pakar, peneliti, seorang doktor, insinyur atau yang lainnya, mereka membutuhkan waktu untuk menurunkan kondisi kejiwaannya. Sungguh, semua perempuan di dunia ini tanpa melihat apa pekerjaannya membutuhkan hal tersebut.

Dalam konteks inilah laki-laki sering melakukan kesalahan. Laki-laki yang menikahi seorang perempuan yang sukses dalam pekerjaannya di luar rumah yang dari luar ia terlihat kuat dan dapat menguasai diri berkeyakinan bahwa perempuan tersebut tidak memerlukan saat-saat dimana dia memiliki kebutuhan kasih sayang. Bagaimana mungkin ia memerlukan kasih sayang padahal ia memimpin proyek besar dan banyak pekerja yang berada di bawah kekuasaannya, baik laki-laki maupun perempuan. Perempuan seperti ini tidak mungkin memerlukan saat-saat penuh kasih sayang. Ia Perempuan besi yang tidak mungkin membutuhkan kasih sayang macam apapun.

Keyakinan seperti itu salah besar. Yang benar adalah sebaliknya. Semua perempuan sama, baik itu ibu rumah tangga, pejabat atau pun pegawai. Mereka dengan tabiatnya memerlukan saat-saat penuh kasih sayang. Berdasarkan hal tersebut, terkadang perempuan banyak memerlukan saat-saat penuh kasih sayang didapat ketika ia menghabiskan banyak waktunya di rumah. Sungguh, Perempuan pekerja banyak menghadapi kelelahan dan kekeringan nilai-nilai kasih sayang ketika bekerja. Pada saat itulah, kebutuhan untuk membersihkan perasaannya menjadi bertambah. Ini sama dengan yang terjadi pada laki-laki yang menghabiskan banyak waktunya untuk bekerja. Dimana pekerjaannya tersebut ia telah mengeluarkan banyak tenaga, ketegangan syaraf dan terbebani. Setelah kembali ke rumah maka pada saat itu ia sangat membutuhkan istirahat dan ketenangan emosi.

Dari sini terkadang muncul persoalan penting dalam pikiran yaitu: apakah keterpurukan jiwa perempuan dan berubahnya perasaan pada waktu itu berpengaruh pada kehidupan dan cara interaksinya dengan orang lain di tempat kerja?

Ketika perempuan bangun pagi lalu mengenakan pakaian dinas dan mempersiapkan diri untuk bekerja, maka ia akan berusaha mengosongkan diri dari perasaan-perasaan cinta dan kasih sayang. Perempuan pekerja akan melihat pekerjaan dan para karyawannya, selain itu harus mempersiapkan konsep serta hal-hal apa yang mesti dikerjakannya yang tentu saja semua itu sangat jauh dari perasaan kasih sayang. Ia berusaha masuk dan menyelesaikan tuntutan pekerjaan sesuai konsep kerja. Maka ketika selesai bekerja dan pulang ke rumah, maka ia akan menjadi orang yang sangat membutuhkan kasih sayang dari suaminya. Ini yang diharapkan setiap perempuan. Ia mengharapkan cinta dan kasih sayang dari laki-laki. Perempuan pekerja ketika berangkat ke tempat kerja berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Karenanya ketika berinteraksi dengan orang lain dalam pekerjaannya, ia tidak harus terpengaruh oleh perubahan perasaannya. Sebagaimana telah dijelaskan, pada waktu pagi sebelum meninggalkan rumah perempuan mempersiapkan harinya untuk bekerja, yang jauh dari semua perasaan hati. Ia pergi ke tempat kerja dan melihat segala hal serta menyikapinya dengan cara wajar yang sesuai dengan tuntutan pekerjaannya.

Pengaruh besar dari perubahan perasaan tersebut sangat jelas ketika berada di rumah bersama dengan orang-orang yang ia cintai dan butuhkan. Tentu saja suamilah yang pertama kali muncul dalam benaknya.

Laki-laki yang cerdas akan mempelajari bagaimana cara membantu perempuan merasa aman ketika terjadi perubahan kondisi jiwa yang terjadi ketika terpuruk. Apabila ia telah belajar hal tersebut, maka ia akan memiliki andil dalam menciptakan ketenangan hubungan yang penuh dengan perasaan cinta, bahagia, kasih sayang yang bergelora. Terkadang laki-laki dihadapkan pada perubahan jiwa perempuan yang sangat besar. Ketika itu ia merasa sangat tertekan dan memperparah problem yang dihadapi. Namun, dengan sedikit kesabaran, pertolongan dan bantuan, maka hasilnya akan positif. Dia dan keluarganya akan terjauh dari berbagai permasalahan yang memusingkan kepala. Dan, ia akan hidup tenang dan bahagia kembali.

Adapun laki-laki yang tidak peduli dan tidak perhatian pada perasaan perempuan, tidak akan memperhatikan perasaan yang mengusut yang terjadi pada diri perempuan. Ia juga tidak berusaha setia di sisinya dan membantu memberikan pertolongan yang dibutuhkan perempuan. Dengan kebodohannya itu ia akan menambah rumit permasalahan dan secara langsung menyebabkan penderitaan dan ketidaktenangan istrinya. Padahal jika istrinya tidak tenang, seluruh keluarga juga tidak ikut tenang. Ketidaktahuan laki-laki ini akan mempengaruhi hubungan dan melemahkan perasaan cinta suami istri, kadang sampai pada tingkat yang parah. Setelah itu secara bertahap kebahagiaan akan berubah menjadi derita dan kehidupan antara mereka berdua akan hancur.

Posting Komentar

0 Komentar

HEADLINE ARTIKEL

Cara Mengirimkan Artikel Publikasi di Majalah Pendidikan dan Dakwah